Saturday, 3 December 2016

November dan Rindu


November ke Desember, hari-hari penuh air mata. Rindu adalah hal yang paling menguras  perasaan.

November, hari-harinya penuh dengan sejarah. Pahit dan manisnya membaur jadi satu. Tapi dalam rentetan sejarah-sejarah itu tak kujumpai nama ataupun bayangmu.

Aku rindu padamu, pada cerita yang sempat kita ukir bersama,

Aku rindu November lalu, dimana semua keindahan terhampar nyata dalam benakku,
Aku rindu semua itu.

Akhir November, aku mengulang 27 yang ke-18, jika kemarin ada kue dengan lilin yang menyala serta ucapan dan doa-doa tulus darimu,

Hari ini, kali ini, semua berbeda. Tak ada kue dengan lilin yang menyala, tak ada ucapan dan doa-doa, dan lebih menyakitkan lagi, tak ada dirimu.

Jujur saja, jika bisa aku ingin kembali pada hari dimana semua kebahagiaan itu masih kita genggam, tawa-tawa selalu tergiang dikala semburat jingga menghias langit.

Aku rindu, rindu, dan sangat rindu.

Semua terasa berat tanpamu, hampa.

Kau mungkin tak tahu berapa banyak butir-butir bening menetes dipipi,

Kau mungkin tak merasa, betapa tersiksaknya menjalani semua ini sendiri.
Aku rindu kamu, sudah berapa kali kalimat ini kuucap,

Kau tidak pergi, kau hanya jauh, tapi kenapa sakit sekali rasanya?

Dari semua yang terjadi, satu hal yang aku tahu, merindukanmu adalah kebenaran yang tidaklah menyenangkan.



Makassar, Desember 2016


0 comments:

Post a Comment